free counters

Rabu, 19 Januari 2011

Pidatoku

Selamat pagi,
Yth. Bapak/Ibu guru, serta teman-teman yang terkasih


            Marilah kita memanjatkan puji syukur kepada Tuhan YME karena anugrah-Nya sehingga kita semua dapat berkumpul di sini. Terima kasih kepada para hadirin atas kesempatan yang telah diberikan pada saya untuk memberikan sepatah dua patah kata mengenai “Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa”. Batasan masalah yang akan saya perbincangkan adalah mengenai sikap/perilaku kita dalam menghadapi globalisasi, terutama di bidang budaya.

            Globalisasi adalah eranya teknologi mampu berkembang pesat yang dapat digunakan untuk menolong manusia dalam setiap aspek kehidupannya. Globalisasi identik dengan budaya barat. Negara-negara barat merupakan titik awal perjalanan era globalisasi. Mengapa bisa demikian? Sebab negeri-negeri barat adalah pelopor/perintis kemajuan teknologi. Dari teknologi, budaya barat dapat merebak hingga mancanegara dengan mudahnya, tak terkecuali negara kita, Indonesia.

            Gaya hidup negeri barat bersifat fleksibel dan mudah berubah-ubah. Contohnya saja Amerika. Globalisasi diawali dari merebaknya gaya hidup Amerika seperti industri musik, olahraga, fast food, mode pakaian hingga film-film box moviesnya yang mendunia. Karena sifatnya tadi, budaya barat menjadi sangat terbuka untuk mengisi/diisi oleh budaya manapun. Salah satu penyebar globalisasi yang paling garang adalah media massa. Media massa bersifat internasional, berarti media massa dapat mempengaruhi satu negara dengan negara lain tanpa masalah, sehingga menjadikan proses penybaran globalisasi semakin cepat saja.

            Kita harus siap menghadapi pengaruh-pengaruh globalisasi. Tapi bagaimana? Yang pertama, adanya kemauan dari dalam diri sendiri. Tanpa kemauan, tak akan ada tujuan. Cobalah pikir dan renungkan : Haruskan kita melastarikan budaya kita?  Tentu saja jawaban yang tepat adalah YA. Itu sudah merupakan kemauan dari dalam diri kita masing-masing.

            Yang kedua, kita harus tahu dulu apa yang akan kita kerjakan. Kita harus mendefinisikan dulu budaya kita sendiri. Apa saja budaya Indonesia? Tentu saja banyak dan beragam. Mulai dari lagu daerah, tarian dan drama, kumpulan alat musik beserta pemainnya, senjata dan lainnya. Artikanlah itu 1 per 1, baik tradisi maupun kontemporer, baik kongkrit atau abstrak. Jadi, sebelum kita melestarikan, kenali dahulu budaya itu

            Seorang budayawan Jepang Yamada Shoji mengatakan bahwa ada 2 hal yang bertentangan dalam melestarikan budaya, yaitu menjaganya dengan menyebarkanya. Ini adalah perilaku ketiga yang cukup sulit, sebab di satu sisi kita semestinya bangga terhadap luasnya penyebaran budaya milik kita, namun di satu sisi ada perasaan/perilaku seperti hak milik kita terampas oleh negara lain. Contohlah saja kita dengan Malaysia. Kita pasti tahu seperti apa ceritanya. Namun, kita juga merasa berrsalah pada India&Cina. Ramayana & Barongsai kepunyaan mereka terlihat seperti ‘itu milik Indonesia’ . jadi, mengiventarisasikan aset-aset budaya kita penting untuk dilakukan. Jangan hanya memilah budaya asing, namun kita juga harus mampu mengasimilasikan/mengakulturasikannya pula

            Pada akhirnya, era globalisasi dapat disimpulkan identik dengan budaya barat yang canggih. Karena sifatnya yang fleksibel dan mudah berubah-ubah itulah, globalisasi menjadi mudah dikenali setiap bangsa. Namun, kita harus membentengi diri kita agar jangan terjerumus dalam kenegatifan globalisasi dengan adanya kemauan dari dalam diri kita sendiri, kenali dahulu budaya sendiri, serta mampu menjaga & melestarikannya.

            Demikianlah yang dapat saya sampaikan mengenai “Pengaruh Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa”. Semoga saja dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih atas perhatian para hadirin semua. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam pidato ini.


                                                            Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar